Semua sudah terjadi *ini cerpen*

ini cerpen aku, masih belajar. jadi maklumin aja kalo ada bagian2 yang berantakan ;) hehe
langsung aja ya dini lagi sibuk *kibas rambut* serius loh , lagi sibuk . *ketawa ala kunti*
mohon komentarnya yaa,
oiya ini tugas dari bu pipit ,harusnya ditulis berdasarkan pengalaman pribadi , tapi aku maunya berdasarkan imajinasi huahahahha *sok
satu lagi , perkataan diatas ini jangan dikomentari ya ;) itu mutlak becanda ^^
cekidottt dot dott



Semua Sudah Terjadi
Cerpen oleh : Arsyadini Basnur

                Sunyi, mereka diam. membiarkan resah dan gelisah berpadu membentuk sebuah perasaan kacau yang benar benar kacau. Mereka saling memandang , berharap pandangan mata berhasil memecahkan semua masalah yang ada. Ternyata tidak. Bela mengalihkan pandangannya, menatap kebawah. Menahan semua emosi yang tidak ingin ditumpahkannya dengan tetesan air mata.
       “ sudah, menangislah . tak ada yang menganggapmu cengeng karena menangisi hal ini. Jika aku perempuan, dan aku adalah kau aku pasti sudah menangis. “ angga memecahkan kesunyian. Lelaki 17 tahun itu saudara kandung bela , memaksanya menangis . mengeluarkan semua rasa sedih yang diberikan keluarga mereka. Ayah dan ibunya.
       “ kalau begitu , kakak saja. Menangislah . tak peduli apapun jenis kelaminmu jika jika kau ingin menangis lakukan saja. Hanya aku dan tuhan yang tau , tak prlu cemas untuk dapat malu.” Bela balik menyurus apa yang telah disuruh angga kepadanya. Ia masih bersikeras dapat melewati apa yang tejadi padanya – dan saudaranya dengan tetap tersenyum .meski hatinya kini sudah banjir dengan airmata.
------
       Ayah mereka bekerja pada sebuah lembaga pemerintah , dan juga merupakan orang terpandang disalah satu partai terkemuka. Dipercayai rakyat untuk mensejahterakan rakyat membuatnya sangat sibuk. “ naik pesawat seperti naik angkot saja” demikian candanya dulu pada kedua anaknya.
       Kegiatan yang padat membuatnya jarang pulang.  Namun selalu diumbarnya bahwa ia menyayangi kedua anaknya itu . memberikan semua fasilitas kepada mereka anaknya dianggap telah membayar kasih sayang yang seharusnya mereka terima. “harta tak berarti bagi kami” Angga , yang tertua pernah mengeluhkan hal ini padanya.
------
       Mereka masih saling pandang . masih bisu. Belum ada yang mau mengalah untuk menagis terlebih dahulu.
       “aku rindu masa laluku, kakak ingat waktu kita liburan keBali? Yah saat ulangtahunku yang ke 14 , satu tahun yang lalu. Mereka mengecupku saat aku selesai meniup lilin di atas kue ulangtahun itu . yang kini sudah tak kudapatkan “ bela memulai lagi . kembali memecahkan kesunyian . sesaat kemudian ia menangis. Semakin lama, semakin tersedu-sedu. Ia larut dalam tangissannya . meluapkan semua hal buruk yang telah ia lalui dengan tangisan. Dan sekarang, ia justru enggan untuk menangis.
       Angga yang sedari tadi memperhatikan tetap diam. Tak berani menambahkan hal hal indah ulu yang pernah dilalui bersama ayah dan ibunya , dan bela tentu saja. Suara tangissan bela terdengar semakin keras , membuat angga pun mengingat hal yang sama seperti yang dibayangkan bela.  Airmata keluar dari sudut mata kirinya. Dia menangis. Mereka menangis. Dengan cepat angga mencoba menyeka airmatanya.tiba tiba ada yang menahan tangannya. Tangan lembut dan hangat itu tidak mengizinkan angga menghapus derai airmatanya.
       “jangan! Tak perlu kau seka air matamu. Menangis. Menangislah bersama. Kau tak perlu malu kak. Hanya aku dan tuhan yang tau. “ bela mengucapkan perkataan yang hampir sama seperti sebelumnya dengan terbata bata dan masih menangis.
       Air mata lain pun terus jatuh berderai . bela benar ia harus menangis, untuk sedikit  melampiaskan  rasa kekecewaannya. Wajah mereka kini benar benar basah.  Dan tak ada lagi yang berniat menghapus air mata itu dengan tangannya.
-----

       Ibu mereka adalah seorang dosen . “perusahaan” itu mata kuliah yang diajarkan ibunya. Tidak heran angga dan bela adalah anak yang sangat cerdas, jika ayah dan ibunya juga sangat cerdas. “ aku lebih baik terlahir dari keluarga sederhana saja, menjadi bela yang biasa. Tidak pintar . tidak cantik. Asal keluargaku harmonis. Keluargaku bahagia. Aku rela tidah punya uang, harta mobil atau apapun itu yang kalian tawarkan, asal kita masih bersama.” Ucap bela spontan dan lantang kemarin. Saat ibunya meminta bela memilih akan tinggal dengan siapa disisa hidupnya nanti.
       Memang. Mereka ingin bercerai. Menghancurkan semua masa-mas indah yang pernah dilaluinya. Keluarga yang dulu membuat iri keluarga lain saking mesranya hubungan mereka satu sama lain. Isi rumah dipenuhi dengan canda dan kebahagiaan. Membuat angga dan bela enggan keluar rumah. Ayah dan ibu enggan pergi ke kantor atau mengajar.
       “ bela, kau tau… angga… apa kalian tau? Aku pun tak pernah menginginkan perceraian , membayangkan saja aku tak pernah. Ibu tau, ini berat untuk kalian , berat untuk ibu, dan mungkin saja berat untuk ayahmu. Tapi perceraian ini harus terjadi. Dia hamil. Ayahmu telah menghamili wanita lain. Hati ibu bagaikan luka baru yang ditetesi asam, kalian tau, pedih” sambil terisak ibu mereka mencoba menjelaskan. Berharap kedua anaknya dapat mengerti.
       Tiba tiba ayah berbicara dengan wajah merah menyala “ jangan hanya ayah yang disalahkan. Ibumu juga , kalian telah melihat kan? 3 hari yang lalu, juga satu bulan yang lau, kita sama sama melihat , ibumu yang menyalahkan aku ini sedang bergandengan tangan mesra dengan laki laki lain . menyandarkan kepalanya di bahu laki laki itu. Apa kalian piker itu tidak melukai hati ayah?” emosi sang ayah menggebu gebu saat diucapkannya kalimat yang membuat pedih keluarha kecil itu.
       “ itu semua terjadi karena… kau tak pernah dirumah.” lagi, ibu mencoba membela diri  , kembali menyalahkan ayah. “ apa menurutmu , wanita 39 tahun tak kesepian saat ditinggal suaminya? Aku kesepian . meski sudah kucari kesibukan, tapi tetap saja aku merasa sepi. Au butuh teman bicara” tambah ibunya, masih menangis.
-----
       “Bela sudah,kita tidak bisa terus menagis seperti ini. Meski dengan menangis bisa sedikit menyejukkan hati , tetapi tetap saja tidak bisa menyelesaikan masalah yang ada” dengan bijak angga mencoba menghentikan suasana haru penuh tangis ini.
       Bela menyeka airmatanya. Kini ia sudah tak lagi menangis. “ kakak benar, kita harus temui mereka sekarang”  minta bela. “ merekalah yang tau apa yang terbaik untuk diri mereka sekarang , dan hanya kita yang tau apa yang kita sendiri inginkan. “ lanjut bela. Angga tersenyum . adiknya sudah semakin dewasa , ujarnya dalam hati.
       “ Baiklah, tunggu…. Bagaimana denganmu ? apa yang kau inginkan ?” Tanya angga.
       “nanti akan kusampaikan didepan kakak, juga dihadapan mereka.” Bela berdiri. Bangun dari kursi yang sudah lebih sejam ia duduki. Angga mengikuti. Melakukan hal yang sama. Melangkah menuju rumah megah yang dulu  mereka tempati dengan sukacita.
-----
       “angga…” ucap ayahnya
       “bela…” ucap ibunya.
       Mereka tidak menyangka kedua anak itu akan kembali dengan cepat , membawa kesimpulan yang diharapkannya.
       “bercerai” angga memulai , menghentikan keheningan yang sempat terjadi sementara. “kalian boleh bercerai”  berkata lagi dengan air mata menggenang disudut matanya. “aku tak akan melarang , bela pun sama” tambahnya kemudian.
       “ayah….” Sekarang giliran bela berbicara dengan pelan dan terbata bata”menikahlah dengan perempuan yang sudah ayah hamili itu” lanjutnya.
       “ibu…. Aku tau itu menyakitimu , tapi tentu ibu tidak ingin dimadu , aku pun tak ingin ayah beristri dua, dan aku tau ibu sudah memiliki pria idaman lain. Lakukanlah yang ibu suka” tak ada yang mengira kalimat demi kalimat itu yang akan diucapkan bela. Meski memang ayah dan ibunya menginginkan hal itu. Bela sudah dewasa , angga juga jadi lebih dewasa.
       Ibunya tersenyum, ayahnya tersenyum. Sedangkan angga dan bela berpaling untuk menahan airmatanya. Mencoba mengiklaskan . menerima keadaaan dan terus berharap agar ada hikmah terselip didalamnya.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Jangan Menyerah !! ^^ (AYAT – AYAT AL QUR’AN TENTANG MENGHINDARI PERILAKU BERPUTUS ASA)

Inilah 10 Lagu Motivasi yang Akan Mengubah Cara Pandangmu ! PART 1

pengenalan perpajakan : Perbedaan Pajak, Retribusi dan Sumbangan