Sosial Media = Pamer (?)
Social media = pamer (?)
Berdasarkan judul .. bagaimana
menurut teman-teman?
Hal yang sangat wajar bagi
manusia untuk merasa ingin didengar, ingin diperhatikan, ingin dipandang, ingin
diakui, ingin dipuji , ingin dimengerti dan keinginan lainnya. Untuk memenuhi
keinginan tersebut maka kita membutuhkan teman – manusia lainnya untuk
bercerita. Bahkan tidak hanya bercerita pada manusia, ada juga yang bercerita kepada
hewan pelihraannya , kepada angin, atau mungkin kepada rumput yang
bergoyang(?).
Pada intinya, kita manusia ingin
bercerita. Meluapkan amarah, kebahagiaan , kesedihan, atau sekedar bertukar
pikiran dan menanyakan pendapat. Karena manusia adalah makhluk social . makhluk
yang membutuhkan orang lain untuk hidup dan menjalani kehidupannya. Itulah alasan
social media diciptakan. Untuk memudahkan manusia bercerita.
Dengan social media kita tetap
bisa berkomunikasi dengan teman-teman dan relative. Kita dapat mengetahui
informasi terbaru , tren terbaru bahkan menciptakan tren tersebut. Kita bisa
bercerita apa saja tanpa batas kepada social media. Baik melalui tulisan ,
gambar, suara atau gabungan ketiganya. Kita bisa mengizikan semua orang di dunia
untuk mengetahui cerita kita dan sebaliknya kita bisa membatasi orang-orang
yang mengetahui cerita kita. Semua tergantung kepada kita .
Kita bisa menceritakan apa saja
dan semua orang bisa mengomentari apa saja. Baik yang langsung mereka sampaikan
kepada kita lewat kolom komentar atau membahas hal yang kita ceritakan tanpa
kita ketahui alias gossip bersama orang-orang lainnya.
Seperti yang telah saya bahas
sebelumnya, manusia memiliki banyak keinginan. Salah duanya ingin dipuji dan
dikagumi. Sehingga mereka menceritakan dan membagikan hal terbaik dari mereka
kepada dunia. Tidak sedikit yang memaksakan agar cerita mereka menjadi luar
biasa sehingga mereka mengarangnya, meng-edit secara detail sehingga kisahnya
menjadi sempurna. Dengan harapan ingin memperlihatkan kepada dunia bahwa ia
sempurna.
Keinginan manusia lainnya adalah
ingin diperhatikan. Sehingga ia menampilkan ceritanya agar mendapatkan respon
dari orang lain, dan akan merasa kecewa apabila tidak mendapat respon sesuai
dengan yang diharapkan.
Berdasarkan keinginan-keinginan
manusia tadilah yang membuat saya menjadi takut. Bahwa social media akan
memberikan pengaruh buruk kepada diri sendiri atapun kepada orang lain yang
berhubungan dengan kita di social media. Karena kita menampilkan hal-hal yang
tidak seharusnya diketahui orang lain. Karena kita secara tidak langsung
mengizinkan oranglain untuk berkomentar buruk terhadap diri kita.
Saya pernah membaca, entah dimana
saya lupa.. bahwa social media lebih banyak memberikan pengaruh yang buruk
kepada kita. Tajuk tersebut masih menjadi perdebatan, dan saat ini saya
berusaha untuk netral. Saya menganggap bahwa social media dapat memberikan
manfaat kepada kita apabila kita memanfaatkannya dengan bijak , namun dapat
pula menjadi boomerang bagi kita sehingga dapat mencelakai kita.
Seperti banyak pepatah, “mulutmu
harimaumu” yang secara pribadi saya artikan bahwa apa yang kita ucapkan dan
yang kita perlihatkan kepada orang lain dapan menjadi senjata bagi kita. Ibarat
pisau, jika digunakan dengan baik maka dapat memberi banyak mafaat, dan dapat
pula mencelakai kita jika tidak digunakan dengan hati-hati. Atau pepatah
lainnya, “apa yang kau tanam maka itu yang kau tuai” yang kurang lebih saya
artikan mirip dengan pepatah sebelumnya bahwa segala sesuatu itu tergantung
kepada diri kita sendiri. Jika kita berbuat baik maka kita mendapat hasil yang
baik dan begitu sebaliknya .
Pertama sekali saya ingin membahas
tentang pengaruh buruk social media.
Social media adalah ajang pamer
pamer adalah sikap manusia yang
paling tidak saya sukai, sama hal nya dengan sombong. Berdasarkan keinginan
manusia tadi, dapat disimpulkan bahwa yang kita lakukan lewat social media adalah
kegiatan pamer ini. meskipun mungkin kita tidak bermaksud demikian, tapi
oranglain dapat saja menganggap kita sombong dan menilai buruk tentang kita.
Karena kita selalu berusaha
menampilan sesuatu dengan sempurna dan memperlihatkan kepada dunia betapa
hebatnya kita agar kita dipuji dan dikagumi. Yang secara tidak langsung akan
membuat oranglain iri atas keberhasilan kita, atas segala pencapaian yang kita
bagikan kepada mereka.
Orang yang merasa iri dan dengki maka
akan lemah hatinya, ia mungkin saja mendoakan hal yang buruk agar menimpa kita,
ia bisa saja berkomentar buruk tentang kita dan menjadikan kita sebagai bahan
pembicaraan ketika ia sedang berkumpul dengan teman-temannya, bisa saja ia
merasa rendah diri dan tidak bersyukur atas hidupnya, karena melihat kehidupan
oranglain yang ia pikir lebih baik daripada hidupnya.
Saya pribadi tidak takut apabila
didoakan buruk atau dikomentari buruk oleh oranglain , namun bagaimanapun saya
ingin menghindari hal ini terjadi. Karena saya ingin berdamai dengan semua
orang, meskipun memang kita tidak bisa memaksakan semua orang untuk menyukai
kita. Tapi saya sungguh ingin menghindari oranglain berpikir buruk tentang
saya, meskipun akan tetap ada dan pada akhirnya saya tetap akan tidak peduli
tentang opini buruk mereka tentang saya . tapi yang sangat saya takutkan adalah
apabila oranglain justru merasa rendah diri akibat cerita saya, karena saya
pernah merasa demikian.
Saya takut oranglain merasa iri
dengan pencapaian saya, merasa rendah diri , merasa saya orang yang beruntung
dan merasa ingin seperti saya. Padahal mereka tidak tau bahwa saya bukan
siapa-siapa,dan banyak yang tentu saja
lebih hebat dari saya, bahwa saya sama sekali bukan wanita beruntung, karena memang
saya tidak percaya dengan keberuntungan. Bahwa semua hal yang telah kita capai
adalah dampak dari usaha dan doa-doa yang kita panjatkan. Bukan karena
keberuntungan. Saya tidak ingin orang lain membandingkan hidupnya dengan hidup
saya. Karena dibandingkan itu menyakitkan.
Karena perasaan ini saya menjadi
takut untuk bercerita lewat social media..saya takut dianggap pamer, saya takut
menyakiti perasaan oranglain . seperti misalnya di instagram, ajang orang-orang
untuk pamer, meskipun tidak semua bermaksud demikian. Tapi memang karena
manusia butuh bercerita, saya pun terkadang ingin demikian, dan ini membuat
saya bimbang. Terimakasih kepada instagram yang telah menyediakan fitur “favorit”,
sehingga saya bisa mengatur sedemikian rupa siapa saja yang bisa melihat cerita
saya. Tapi saya tetap bisa berkomunikasi dengan banyak teman-teman lainnya.
Saya sering membaca
kalimat-kalimat ini :
“tentang apapun yang telah
ditetapkan untuk orang lain, tidak akan pernah menjadi milikmu walau semesta
membantu. Dan untuk apapun yang telah ditetapkan untukmu, tidak akan pernah
terlewat walau dunia menghambat.”
-
Kita tidak perlu iri untuk memuaskan diri. Kita membutuhkan
rasa syukur untuk memenuhi hati.
Ungkapan tersebut yang saya
tanamkan dalam hati, bahwa jangan merasa iri atas keberhasilan orang lain, dan
jangan membuat orang lain merasa iri atas apa yang kita capai.
Sosial media juga diketahui
sebagai media penebar kebencian. Kita bisa menghasut atau bisa terhasut oleh
cerita yang oranglain sampaikan. Terlebih apabila kita tidak menerapkan second
thought , langsung saja mengungkapkan isi pikiran kita tanpa berpikir dua kali.
Banyak sekali orang-orang yang menebar kebencia di social media. Menjelek-jelekkan
orang lain dan hasil karya nya , solah ia bisa lebih baik saja. Banyak sekali
warga net yang tidak cukup menghargai oranglain , selau mencari kekurangan
oranglain dengan mudah. Dan tidak menempatkan dirinya di posisi orang yang ia
kritik dengan sadis. Hal yang juga saya takutkan.
Namun bagaimanapun social media
tetap ada baiknya. Semua tergatung kita. Jadi bijaklah dalam menggunakan social
media, jangan menyakiti perasaan oranglain, dan berceritalah sewajarnya saja
untuk menghindari kemungkinan-kemungkinan buruk.
Sekian dulu opini kali ini, so
sorry kalau menyinggung teman-teman, saya bermaksud baik. Terimakasiih sudah
mampir. lavyaa
Komentar
Posting Komentar
isi kolom komentar ini yaa , karena komentar kamu sangat dibutuhkan ^^
terimakasih ^^